404 Not Found


nginx/1.18.0 (Ubuntu)
Melawan Covid-19 dengan Antiviral Non-Toksik Berbasis Gula

Melawan Covid-19 dengan Antiviral Non-Toksik Berbasis Gula

School of Applied STEM - Universitas Prasetiya Mulya > S1 Food Business Technology > Melawan Covid-19 dengan Antiviral Non-Toksik Berbasis Gula

by Rike Tri Kumala Dewi, M.Si

Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 telah dilaporkan sejak Desember 2019 di Wuhan, China. Pada mulanya penyakit ini bernama Pneumonia-Wuhan, lalu oleh WHO diresmikan menjadi Covid-19. Transmisi virus ini cukup cepat dan masif ke berbagai belahan dunia hanya dalam hitungan bulan. John Hopkins Coronavirus Resource Center (2020) melaporkan bahwa per tanggal 25 April 2020 terdapat 210 negara terdampak Covid-19 dengan jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 2.8 juta jiwa, dan ± 200 ribu jiwa diantaranya meninggal. Infeksi Sars-CoV-2 ini sangat jelas mempengaruhi health security / global health. Indonesia meskipun tidak masuk dalam daftar 10 negara dengan kasus terbanyak didunia, nilai mortality rate nya terbilang cukup tinggi, yaitu 8.3%.

Mode transmisi SARS-CoV-2 adalah percikan atau droplet pernapasan yang mungkin menyebar melalui bersin, batuk, dan bicara. Transmisi juga dapat terjadi ketika droplet yang mengandung virus tersimpan di permukaan benda yang disentuh oleh tangan dan terbawa hingga ke membran nasal (hidung), oral (mulut), maupun okular (mata) (Carrouel et al. 2020). Doremalen et al. (2020) melaporkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan di udara dalam bentuk aerosol selama 3 jam, plastik dan besi selama 72 jam, tembaga selama 48 jam, dan kardus selama 24 jam. Dengan data tersebut, sangat memungkinkan virus ini dapat menyebar secara tidak langsung dari benda-benda berbahan plastik, besi, tembaga, dan kardus yang tersentuh oleh tangan.

Tabel 1 Bahan aktif antiviral berdasarkan aksi dan efek negatifnya

 (sumber: https://www.canr.msu.edu/news/disinfectant-strategies-for-swine-facilities

Upaya pencegahan penyebaran virus ini telah banyak dilakukan, misalnya dengan mengampanyekan cuci tangan dengan sabun serta sterilisasi dengan antiseptik maupun disinfektan. Ketiganya dipercaya dapat membunuh virus dengan cara merusak komponen penyusun membran virus (Tamimi et al. 2014). Saat ini juga telah banyak masyarakat umum yang membuat antiseptik atau disinfektan sendiri. Namun, sebagian besar dari mereka masih banyak menggunakan bahan-bahan aktif toksik, misalnya hidrogen peroksida, glutaraldehida, isopropanol, klorin dll. Penggunaan jangka panjang bahan-bahan ini akan menimbulkan efek negatif di kemudian hari (lihat tabel 1).

Penggunaan bahan aktif non-toksik diperlukan supaya dapat meminimalisir efek negatif. Siklodekstrin adalah senyawa alami berupa gula derivatif yang dihasilkan dari degradasi pati oleh cycloglycosyl transferase amylase (CGTase) bakteri varian bacilli. Umumnya, siklodekstrin berbentuk α, β, γ dengan 6-, 7-, 8- unit glucopyranoside (lihat gambar 1). Penggunaan siklodekstrin relatif lebih aman karena berbahan dasar gula. Oleh karena itu, senyawa ini telah banyak diaplikasikan dalam bahan farmasi, kosmetika, dan pangan (Jones et al. 2020). Dalam industri farmasi, siklodekstrin digunakan untuk meningkatkan kelarutan, laju disolusi, bioavailabilitas, stabilitas, dan menutupi rasa pahit pada obat-obatan (Bestari, 2014). Dalam industri pangan, siklodekstrin diaplikasikan dalam aneka produk beverage seperti Green Tea Infusion yang berguna dalam meningkatkan kecerahan, meningkatkan retensi senyawa antioksidan, meningkatkan viskositas, mencegah terbentuknya ketengikan, menghilangkan rasa pahit, dan menurunkan kelarutan oksigen (Dai et al. 2019). Sedangkan dalam industri kosmetika, siklodekstrin berperan sebagai anti-aging pada kulit dengan melawan radikal bebas, menambah elastisitas kulit, mencegah terbentuknya jerawat, dan mencegah kerutan (Fenyvesi et al. 2015)

Gambar 1. Struktur dan dimensi siklodekstrin (Anjana et al. 2013)

Siklodekstrin yang dimodifikasi menjadi siklodekstrin tersulfonasi (sulfonated cyclodextrin) atau siklodesktrin termetilasi (Methylated cyclodextrin) telah diketahui dapat bertindak sebagai antiviral dengan spektrum luas (broad-spectrum) seperti virusInfluenza A, Herpes Simplex Virus (HSV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), virus Zika, dan virus Dengue (Goncharova et al. 2020; Jones et al. 2020). Infeksi virus ini terjadi melalui fusi amplop virus dengan membran sel inang. Siklodekstrin dapat mencegah infeksi virus dengan merusak komponen lipid amplop virus (Carrouel et al. 2020). Gambar 2 menjelaskan bahwa SARS-CoV-2 mengalami gangguan stabilitas sel setelah diberikan siklodekstrin dengan dosis tertentu. Gambar 3 juga menjelaskan ilustrasi β-siklodekstrin termodifikasi (RAMEB) yang dapat menghambat infeksi virus Influenza yang juga satu famili dengan SARS-CoV-2 dengan merusak stabilitas amplop virus melalui deplesi kolesterol. Selain itu, siklodekstrin juga dapat mendeplesi kolesterol pada sel inang sehingga sel lebih tahan terhadap serangan virus. 

Gambar 2. Partikel virus sebelum (kiri) dan setelah (kanan) diberi perlakuan siklodekstrin tersulfonasi
(sumber : http://www.sci-news.com/medicine/virucidal-cyclodextrins-08081.htmlJ Kredit gambar : Jones et al, 2020, University of Manchester)
Gambar 3. Mekanisme penghambatan infeksi virus Influenza oleh RAMEB-β-siklodekstrin (Braga, 2019)

Selain digunakan untuk obat, kosmetik, dan pangan, peneliti di dunia tengah mengembangkan produk pencuci mulut (mouthwash) dan semprotan profilaksis nasal dan tenggorokan (prophylated nasal and throat spray) yang ditambahkan siklodekstrin sebagai bahan aktif non-toksik. Aplikasi ini bertujuan untuk mencegah infeksi virus di saluran nasal dan oral sehingga tidak masuk jauh ke dalam organ pernapasan. Gambar 4 menjelaskan virus yang mungkin terdapat pada saluran oral-nasal mengalami disintegrasi setelah pengguna berkumur dengan pencuci mulut berbahan siklodekstrin. Ide ini muncul di masa pandemik Covid-19 dengan melihat fakta bahwa infeksi virus ini menyebar cepat ke dalam saluran pernapasan. Sebelumnya, para peneliti juga tengah mengambangkan vaksin berbasis antigen mRNA yang ditambahkan siklodekstrin dengan tujuan menginduksi sel T-helper tipe 2 agar dapat meningkatkan titer antara antigen mRNA dengan antibodi spesifik dan mencegah timbulnya alergi (Foo et al. 2020),

Gambar 4. Mekanisme penghambatan infeksi virus dengan pencuci mulut yang ditambahkan siklodekstrin
(sumber: https://gently.curaden.com/its-like-soap-for-your-patients-mouth-why-cyclodextrins-are-important-for-the-future-of-oral-care/)

Kembali ke paragraf 2. Untuk menghindari adanya transmisi lewat benda-benda mati berbahan plastik, kardus, besi, dan tembaga yang lebih masif, penggunaan lotion antiviral berbahan non toksik siklodekstrin dapat menjadi ide yang menarik. Pada dasarnya, upaya pencegahan ini dapat dimulai dari kulit terluar tubuh. Lotion antiviral siklodekstrin yang diolesi ke tubuh dapat mencegah penempelan virus dan transmisi dari tangan ke membran nasal, oral, maupun okular sehingga tidak berlanjut ke tahap infeksi. Tidak hanya sebagai anitiviral, lotion juga dapat pula bersifat sebagai anti-aging, dan kaya antioksidan sehingga bersifat multifungsi. Di sisi lain, siklodekstrin juga berfungsi sebagai gelling agent sehingga tekstur lotion tidak encer (Huang et al. 2019). Lotion ini akan memberikan rasa aman bagi pengguna ketika berada di keramaian dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk mencuci tangan secara berkala. 

Kesimpulan:

 Covid-19 adalah penyakit infeksius yang kecepatan transmisinya sangat tinggi sehingga dapat memengaruhi kesehatan global. Kondisi ini diperparah dengan kemampuan virus penyebabnya (SARS-CoV-2) yang dapat menyebar melalui benda-benda mati. Upaya pencegahan infeksi virus ini dengan penggunaan sabun cuci tangan, sanitizer, dan disinfektan telah banyak dilakukan. Namun, sebagiannya masih menggunakan bahan toksik yang berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu, penggunaan bahan aktif non toksik sangat diperlukan. Antiviral non toksik berbasis gula siklodekstrin termodifikasi dapat menjadi salah satu solusi efektif. Para peneliti didunia telah banyak melakukan riset pada siklodesktrin dan mengatakan bahwa siklodekstrin termodifikasi mampu membunuh virus dengan spektrum luas termsuk SARS-CoV-2. Siklodekstrin ini dapat ditambahkan sebagai bahan aktif pada antiseptik pencuci mulut, semprotan profilaksis, maupun lotion, bahkan dapat pula ditambahkan pada vaksin.

Referensi:

Anjana MN, Nair SC, & Joseph J. 2013. An updated review of cyclodextrins an enabling technology for challenging pharmaceutical formulations.  International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5.

Bestari AN. 2014. Penggunaan siklodekstrin dalam bidang farmasi. Majalah Farmaseutik, 10(1): 197-201.

Braga SS. 2020. Cyclodextrins: Emerging medicines of the new millennium. Biomolecules, 9(801): 2-19

Carrouel F, Conte MP. Fisher J, Goncalves LS, Dussart C, LIodra JC, Bourgeois D. 2020. COVID-19: A recommendation to examine the effect of mouthrinses with β-cuclodextrin combined with citrox in preventing infection and progression. Journal of Clinical Medicine, 9 (1126): 1-8

Dai Q, Liu S, Jin H, Jiang Y, Xia T. 2019. Effect of additive β-Cyclodextrin on the performances of green tea infusion. Journal of Chemistry, 2019: 1-7

Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, etc. 2020. Aerosol and surface stability of SARS-CoV-2 as compared with SARS-CoV-1. The New England Journal of Medicine, 382: 16

Fenyvesi É, Bákint M, Szente L. 2015. Cyclodextrin against skin aging. Cyclodextrin News, 29(3).

Foo WC, Peng T, Chow KT, Mishra YG, Stinsa L. 2020. Combating Coronavirus: Key role of cyclodesxtrins in treatment and prevention. https://www.roquette.com/product-finder-pharma-and-nutraceuticals/family/cyclodextrins (diakses pada tanggal 24 April 2020).

Goncharova EP. Kostyro YA, Ivanov AV, Zenkova MA. 2020. A novel sulfonated derivative of β-cyclodextrin effectively inhibits Influenza A virus infection in vitro and in vivoActa Naturae, 11(3): 20-30

Huang PH, Hu SCS, Yen FL, Tseng CH. 2019. Improvement of skin penetration. Antipollutant activity and skin hydration of 7,3′,4’trihydroxyisoflavon cyclodextrin inclusion complex. Pharmaceutics, 11(8): 399

John Hopskin Coronavirus Resource Center (2020). Covid-19 Dashboard by CSSE at John Hopskin University https://coronavirus.jhu.edu/map.html (diakses pada tanggal 25 April 2020)

Jones ST, Cagno V, Janecek M, Ortiz D, Gasilova N, etc. 2020. Modified cyclodextrin as broad-spectrum, antivirals. Science Advances, 6: 1-11

Tamimi AH, Carlino S, Edmonds S, Gerba CP. 2014. Impact of an alcohol-based hand sanitizer intervention on the spread of viruses in homes. Food Environmental Virology, 6: 140-144  

https://www.canr.msu.edu/news/disinfectant-strategies-for-swine-facilities (diakses pada tanggal 25 April 2020)

https://gently.curaden.com/its-like-soap-for-your-patients-mouth-why-cyclodextrins-are-important-for-the-future-of-oral-care/ (diakses pada tanggal 25 April 2020)

http://www.sci-news.com/medicine/virucidal-cyclodextrins-08081.htmlJ (diakses pada tanggal 25 April 2020)

Leave a Reply