404 Not Found


nginx/1.18.0 (Ubuntu)
Interdisciplinary Research Projects 2020_2 - School of Applied STEM - Universitas Prasetiya Mulya
Microfinance and Crop Insurance Policy for Better Farmers Welfare
Deskripsi
Description

Sebagai negara agraria, pertanian merupakan salah satu pekerjaan utama bagi penduduk pedesaan di Indonesia. Petani telah berjuang dengan banyak tantangan, seperti lahan pertanian rata-rata rendah (0,06 Ha) dan perubahan iklim di Indonesia – yang menyebabkan dampak besar di sektor pertanian sebagai bentuk risiko kegagalan panen yang lebih tinggi.

Asuransi tanaman merupakan polis asuransi yang dibeli petani untuk melindungi diri dari hilangnya hasil panennya akibat bencana alam atau hilangnya pendapatan akibat penurunan harga komoditas pertanian. Diperkenalkan pada tahun 2015, asuransi tanaman di Indonesia masih dalam progres kerja. Kebijakan Asuransi Tanaman Multi-Peril Berbasis Ganti Rugi (MPCI) sangat disubsidi oleh pemerintah. Namun, kebijakan ini membawa beberapa kelemahan, misalnya risiko tinggi bahaya moral dan seleksi merugikan, biaya administrasi yang tinggi, fluktuasi penurunan harga, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini muncul minat MoA dan Jasindo dalam melihat kebijakan lain, seperti Asuransi Indeks Cuaca (WII), yang diketahui berpotensi mengurangi premi asuransi dan membuat asuransi dapat diakses oleh lebih banyak petani (World Bank, 2011). Jelas, mengingat berbagai macam dan kompleksitas iklim global, risiko terkait cuaca akan meningkat. Oleh karena itu, penelitian tentang pengembangan Asuransi Indeks Cuaca (WII) menjadi penting. Titik vokal WII yang efektif terletak pada desain pemicu cuaca dan cakupan risiko produksi (Marr et al., 2016). Produk asuransi indeks dibuat tidak efektif bagi petani ketika tidak dapat memberikan pembayaran atas kerugian hasil. Dengan demikian, efektivitas produk dapat sangat ditingkatkan oleh keterkaitannya yang lebih baik dengan risiko produksi melalui pengembangan model analitik prediktif yang lebih baik.

Selain menghadapi tantangan risiko, selain itu petani menghadapi kendala yang tidak memungkinkan mereka untuk meningkatkan atau meningkatkan produksi dan pendapatan mereka. Salah satu kendala yang paling sering dihadapi petani adalah keterbatasan akses pembiayaan yang dapat diselesaikan dengan mengembangkan solusi kredit keuangan mikro yang dirancang dengan baik. Keuangan mikro dikenal sebagai alat yang ampuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, mendorong pertumbuhan sumber daya manusia dan meningkatkan status perempuan (Asian Development Bank, 1998). Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kredit keuangan mikro di sektor pertanian adalah lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses sumber pembiayaan, kurangnya akses pasar ke pasar potensial, dan kualitas barang yang dihasilkan belum terstandarisasi. Selain itu usaha pertanian biasanya tidak mencapai skala ekonomi sehingga biaya overhead tinggi dan menyebabkan manfaat yang sangat minim bagi petani (Bank Indonesia, 2012). Oleh karena itu, penelitian darat tentang pengembangan sistem keuangan mikro yang cukup untuk kondisi petani Indonesia sangat penting. Lebih khusus lagi, kami ingin mulai mengumpulkan informasi tingkat tanah yang sangat melalui survei petani untuk memperkirakan klaim keuangan optimal untuk setiap musim tanam berdasarkan jenis risiko, mendefinisikan bunga yang kompetitif untuk pinjaman petani dan lebih lanjut pada memeriksa peran asuransi tanaman dalam mengelola risiko pinjaman petani. Oleh karena itu, kami akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara menyampaikan rekomendasi spesifik dan terasar tentang bagaimana meningkatkan perkembangan keuangan mikro bagi petani padi di Indonesia.

Penelitian ini tidak hanya akan bermanfaat dalam pengayaan pengetahuan ilmu aktuaria di Indonesia. Ini juga akan menjadi fondasi pokok dalam pengembangan kredit keuangan mikro bagi petani. Output yang ditargetkan pada akhir hibah adalah rekomendasi kebijakan yang diberikan kepada Kementerian Pertanian dan pemangku kepentingan terkait lainnya, diseminasi penelitian melalui makalah yang diterbitkan dan juga disajikan dalam jurnalnasional/internasional, serta untuk mendukung pemenuhan empat gelar sarjana persyaratan mahasiswa. Sedangkan untuk output yang ditargetkan dalam jangka panjang, Indonesia akan memiliki peta lengkap polis asuransi tanaman alternatif yang paling cocok untuk negara kita beserta pedomannya. Kami juga akan memberikan rekomendasi pentingnya mengintegrasikan kredit keuangan mikro dan polis asuransi tanaman melalui kartu tani yang akan menjadi langkah penerima manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan petani.

As an agrarian country, agriculture is one of the main jobs for the rural population in Indonesia. Farmers have been struggling with many challenges, such as the low average farming land (0.06 Ha) and climate change in Indonesia – which causes a big impact in the agriculture sector as a form of higher risk in crop failure. Crop insurance is an insurance policy that is purchased by farmers to protect themselves from either the loss of their crops due to natural disasters or the loss of revenue due to declines in the prices of agricultural commodities. Introduced in 2015, crop insurance in Indonesia is still in a working progress. The indemnity based Multi-Peril Crop Insurance (MPCI) policy is highly subsidized by the government. However, this policy carries some disadvantages, e.g. high risk of moral hazard and adverse selection, high administrative cost, fluctuation of price fall, and low quality of human resources. This emerges an interest of MoA and Jasindo in looking into other policies, such as Weather Index Insurance (WII), which is known to potentially reduce insurance premiums and make insurance accessible to more farmers (World Bank, 2011). Obviously, given the vast variety and complexities of global climates, weather-related risks will increase. Therefore, research on the development of Weather Index Insurance (WII) is important. The vocal point of an effective WII lies in the design of its weather triggers and coverage of production risks (Marr et al., 2016). An index insurance product is rendered ineffective for farmers when it is unable to give payouts for yield losses. Thus, the effectiveness of the product can be greatly increased by its better linkage with production risks through developing better predictive analytics models.

Besides facing risk challenges, additionally farmers face constraints that do not enable them to either improve or increase their production and revenues. One of the most frequent constraints faced by farmers are limited access to finance that can be solved by developing a well designed microfinance credit solution. Microfinance is known as a powerful tool to promote economic growth, reduce poverty, promote growth of human resources and improve the status of women (Asian Development Bank, 1998). One of the factors that lead to low microfinance credit in the agriculture sector are weak capital structure and lack of access to sources of financing, the lack of market access to potential markets, and the quality of goods produced have not been standardized. Besides that agricultural businesses usually do not achieve economies of scale so that the overhead costs are high and cause very minimal benefit to farmers (Bank Indonesia, 2012). Hence, ground research on the development of micro-finance systems sufficient for the conditions of Indonesian farmers is very important. More specifically, we would like to start collecting very ground level information through farmer surveys in order to estimate the optimum financial claim for each planting season based on types of risk, define competitive interest for farmers loan and further on examine the role of crop insurance in managing farmers loan risk. Therefore, we will have a better understanding on how to deliver specific and well targeted recommendations on how to enhance microfinance developments for paddy farmers in Indonesia.

This research will not only be beneficial in the enrichment of actuarial science knowledge in Indonesia. It will also be a staple foundation in the development of microfinance credits for farmers. Targeted outputs at the end of the grant are policy recommendations given to the Ministry of Agriculture and other relevant stakeholders, research dissemination through published papers and also presented in national/international journals, as well as to support the fulfilment of four bachelor degrees students’ requirements. As for targeted output in the long run, Indonesia will have a full map of alternative crop insurance policies that are most suitable for our country along with its guidelines. We will also give a recommendation on the importance of integrating microfinance credit and crop insurance policy through a farmers card that will be a beneficiary step in enhancing farmers welfare.